Minggu, 17 April 2016

Mati Muda ??

Nasib terbaik adalah tidak pernah dilahirkan. Yang kedua dilahirkan tapi mati muda. Dan yang tersial adalah berumur tua. Berbahagialah mereka yang mati muda. Makhluk kecil kembalilah dari tiada ke tiada. Berbahagialah dalam ketiadaanmu. Soe Hok Gie (17 Desember 1942 – 16 Desember 1969).  Seorang aktivis muda Indonesia yang kritis dan idealis. Soe Hok Gie meninggal satu hari, tepatnya beberapa jam sebelum hari ulang tahunnya di pangkuan sahabatnya Herman Lantang. Kala itu di puncak Gunung Semeru, sore hari duduk di sebuah bukit dan terhirup gas beracun.

Tulisan ini saya buat setelah salah satu teman kuliah saya meninggal dunia akibat kecelakaan. Ia mengalami kecelakaan ketika ia berangkat dari rumahnya di Aceh menuju kampus di Medan. Senin, 11 April 2016 kecelakaan terjadi di Jl Binjai km 12. Ia mengendarai sepeda motor dan tabrakan dengan sebuah truk. Dikabarkan ia meninggal sekitar jam 13.00 WIB. Kemudian sore harinya saya bersama teman kampus datang ke rumah sakit untuk melihat keadaan ia. Dan besok paginya saya dan teman-teman BDP IV-C ikut bersama-sama mengebumikan jenazah di kampung halamannya Aceh Tamiang.

Namanya Nurul Fahmi. Ia adalah mahasiswa STIPAP di kampus 3 Aceh Tamiang. Ketika itu tahun 2014 saya melakukan PKL (Praktek Kerja Lapangan) di Kebun Dolok Ilir PTPN IV. Disanalah awal perkenalan kami. Ketika PKL selama 2 bulan, ada sebuah rumah kosong di mess dan kami tinggal satu rumah bersama teman-teman mahasiswa yang lain. Disanalah saya kenal dengan dia. Lebih kurangnya selama PKL ada suka dukanya kami bersama-sama. Salah satunya ketika kami beberapa orang disuruh untuk membersihkan areal, membabat areal yang semak. Setelah capek duduk-duduk haus, ada pohon kelapa yang tinggi dan tak lama ia sudah sampai atas pohon kelapa itu.

Ketika memasuki semester IV, kampus 3 Aceh tidak dibuka lagi sehingga mahasiswa di sana pindah ke kampus 1 di Medan. Semua mahasiswanya dibagi-bagi ke kelas-kelas yang ada. Dan ia masuk ke kelas C. Ya hubungan kami baik dan seperti biasa, dan akrab karena sebelumnya pernah satu rumah selama PKL. Terakhir saya berbicara dengan ia ketika pembekalan persiapan PPM (Program Pengabdian Masyarakat) di kampus, sekitar bulan Maret 2016 kemarin ketika basa-basi bertanya tempat PPM.

Ya itulah manusia, baik buruknya akan dikenang orang. Manusia mati akan meninggalkan nama. Begitu pelajaran agar kita menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain. Seperti hadist nabi, sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Mari menebar inspirasi bagi sesama dan banyak memberi senyuman untuk dunia yang cerah ini agar kelak ketika gelap datang senyuman itu akan menerangi jalan kita. Amiin.