Nasib terbaik
adalah tidak pernah dilahirkan. Yang kedua dilahirkan tapi mati muda. Dan yang
tersial adalah berumur tua. Berbahagialah mereka yang mati muda. Makhluk kecil
kembalilah dari tiada ke tiada. Berbahagialah dalam ketiadaanmu. Soe Hok Gie
(17 Desember 1942 – 16 Desember 1969). Seorang aktivis muda Indonesia yang kritis dan
idealis. Soe Hok Gie meninggal satu hari, tepatnya beberapa jam sebelum hari ulang
tahunnya di pangkuan sahabatnya Herman Lantang. Kala itu di puncak Gunung
Semeru, sore hari duduk di sebuah bukit dan terhirup gas beracun.
Tulisan ini saya
buat setelah salah satu teman kuliah saya meninggal dunia akibat kecelakaan. Ia
mengalami kecelakaan ketika ia berangkat dari rumahnya di Aceh menuju kampus di
Medan. Senin, 11 April 2016 kecelakaan terjadi di Jl Binjai km 12. Ia
mengendarai sepeda motor dan tabrakan dengan sebuah truk. Dikabarkan ia meninggal
sekitar jam 13.00 WIB. Kemudian sore harinya saya bersama teman kampus datang
ke rumah sakit untuk melihat keadaan ia. Dan besok paginya saya dan teman-teman
BDP IV-C ikut bersama-sama mengebumikan jenazah di kampung halamannya Aceh
Tamiang.
Namanya Nurul
Fahmi. Ia adalah mahasiswa STIPAP di kampus 3 Aceh Tamiang. Ketika itu tahun
2014 saya melakukan PKL (Praktek Kerja Lapangan) di Kebun Dolok Ilir PTPN IV.
Disanalah awal perkenalan kami. Ketika PKL selama 2 bulan, ada sebuah rumah
kosong di mess dan kami tinggal satu rumah bersama teman-teman mahasiswa yang
lain. Disanalah saya kenal dengan dia. Lebih kurangnya selama PKL ada suka
dukanya kami bersama-sama. Salah satunya ketika kami beberapa orang disuruh
untuk membersihkan areal, membabat areal yang semak. Setelah capek duduk-duduk
haus, ada pohon kelapa yang tinggi dan tak lama ia sudah sampai atas pohon
kelapa itu.
Ketika memasuki
semester IV, kampus 3 Aceh tidak dibuka lagi sehingga mahasiswa di sana pindah
ke kampus 1 di Medan. Semua mahasiswanya dibagi-bagi ke kelas-kelas yang ada.
Dan ia masuk ke kelas C. Ya hubungan kami baik dan seperti biasa, dan akrab
karena sebelumnya pernah satu rumah selama PKL. Terakhir saya berbicara dengan ia
ketika pembekalan persiapan PPM (Program Pengabdian Masyarakat) di kampus,
sekitar bulan Maret 2016 kemarin ketika basa-basi bertanya tempat PPM.
Ya itulah manusia, baik buruknya akan dikenang
orang. Manusia mati akan meninggalkan nama. Begitu pelajaran agar kita menjadi
orang yang bermanfaat bagi orang lain. Seperti hadist nabi, sebaik-baik manusia
adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Mari menebar inspirasi bagi sesama dan
banyak memberi senyuman untuk dunia yang cerah ini agar kelak ketika gelap
datang senyuman itu akan menerangi jalan kita. Amiin.