Kamis, 26 Januari 2017

Kenangan Yang Tak Terlupakan

Pertanyaan yang masih sulit dijawab adalah “mengingat” atau “melupakan”? Saya belum bisa menemukan jawaban dari pertanyaan tersebut. Jawabannya akan berbeda setiap orang, dan alasannya akan sebanyak orang yang menjawab pertanyaan tersebut. Yang pasti kenangan merupakan kisah atau hal yang sudah dijalani. Kenangan terbentuk dari suatu keputusan kecil yang kita buat. Kita tidak tahu keputusan tersebut akan menjadikan hidup kita seperti apa, yang jelas kita akan tahu di masa yang akan datang saat kita lupa keputusan yang telah kita buat dulu.



Hidup kita selalu dinamis. Walaupun kita diam, tapi waktu akan terus mengajak kita untuk berjalan. Kenangan terbentuk dari kisah hidup kita yang dijalani. Kisah yang bermakna akan menjadi kenangan yang tak terlupakan. Kisah hidup ketika kita bahagia dipuncak ketinggian ataupun saat terjatuh serendah-rendahnya. Berbagi pengalaman, ketika saya melakukan training di salah satu perusahaan. Dimana ada kesempatan sharing moment, dan saya ditanya salah satu teman saya, yaitu “Apa pengalaman pada masa titik terendah dalam hidup Anda?” Saya tidak bisa menjawab pertanyaan itu dengan jelas.

Kembali ke topik, mungkin hal yang tersulit adalah melupakan. Karena dari kecil kita diajarkan untuk mengingat bukan untuk melupakan. Di dunia pendidikan, kita dituntut untuk menghapal bukan melupakan pelajaran. Inilah menjadi kebiasaan kita sehingga kita akan sulit melupakan, kita selalu diajarkan untuk berpikir secara logika dan rasional.

Ketika SD, kita selalu diberikan soal ujian untuk berpikir. Contoh, Budi ke pasar membeli beras kepada Wati. Uang Budi 10 ribu. Harga beras 8 ribu. Berapakah uang kembalian yang diterima Budi dari Wati? Pertanyaan ini sebenarnya tidak perlu. Jarang soal begini akan dipakai dalam kehidupan kita. Yang kita perlu adalah soal yang memang kita jalani di kehidupan kita.

Mungkin seharusnya soalnya, Budi ke pasar membeli beras dan ketemu Wati. Budi PDKT dengan Wati selama 3 bulan. Dan mereka jadian hanya 1 bulan. Berapa waktu yang dibutuhkan Budi untuk move on? Nah pertanyaan ini yang tidak pernah diajarkan ke kita dulu. Makanya susah manusia untuk melupakan. Tidak ada di sekolah atau kuliah mata pelajaran Dasar-Dasar Ilmu gombal atau Pengantar ilmu pdkt. Kita selalu diajarkan dengan berpikir logika, tapi kurang diajarkan ilmu yang berlangsung dengan kehidupan nyata.

Paragraf di atas hanya intermezzo belaka, ilustrasi di atas hanya fiktif jika ada kesamaan unsur tokoh hanya kebetulan semata. Lanjut ke topik, kita beralih ke pembahasan yang lebih spesifik karena paragraf di atas sudah lari. Kenangan yang tidak terlupakan mungkin sangat banyak. Setiap orang pasti memiliki kenangan.

Ketika itu saya TK nol kecil tahun 1998 atau 1999 di sebuah desa kecil, saya lupa karena belum tahu tahun kala itu. Ketika itu mengambil raport. Kemudian saya pulang dari sekolah TK menuju rumah dengan berjalan kaki. Saya membawa raport dengan menentengnya berjalan kaki sendiri ke rumah. Jarak dari TK ke rumah sekitar 5-8 menit, saya juga lupa karena kala itu saya belum tahu cara membaca jam. Mungkin dapat kita bayangkan seorang anak kecil, berjalan sendiri dan membawa raport dengan berjalan mengahadap bawah terus. Ketika di tengah jalan ada seorang bapak-bapak duduk di depan rumahnya. Lalu saya ditanya, apa itu. Saya jawab ini raport. Kemudian bapak itu membuka raport saya dan melihat isinya. Kemudian ditutupnya dan diberikan ke saya dan dia berkata bagus nilainya, rajin-rajin belajar ya. Kemudian saya lanjut berjalan kaki menuju rumah. (percakapan kami dalam bahasa Jawa, ya bahasa sehari-hari di desa kami bahasa Jawa. Dalam narasi di atas lebih kurangnya saya terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia). Yang saya ingat adalah kisah saya yang masih kecil dan polos berjalan kaki membawa raport dan ada seorang bapak-bapak menanyai raport saya itu sebuah plot yang tak memiliki arti namun bermakna bagi saya.

Kemudian masih di sebuah desa yang sama, ketika itu hari raya idul fitri atau sering kita sebut liburan, bukan itu tapi lebih tepatnya lebaran. Ketika malam hari saya bersama kakak dan abang saya berjalan disebuah jalan yang sangat gelap tidak ada lampu. Kanan dan kiri sebuah ladang semak-semak dan pepohonan. Ketika sudah di tengah kami berjalan, berpapasanlah kami dengan sebuah sosok yang saya tidak lihat karena gelap. Yang terlihat hanya sebuah api rokok yang merah dan suara tongkat yang berjalan. Ya kami berpapasan di jalan yang gelap itu dengan rasa takut dan melambat. Saya tidak melihat orangnya dan saya merasa itu seorang kakek atau nenek yang berjalan namun tak terlihat karena keadaannya gelap. Kemudian setelah kami berpapasan kami lari menuju ujung jalan persimpangan yang terang.

Satu kenangan lagi mungkin yang sudah usang namun masih menempel sedikit di pikiran saya. Ketika itu sedang hujan pada siang menuju sore hari. Hari itu saya akan berangkat mengaji ke masjid yang jaraknya sekitar 300 meter dari rumah. Saya menunggu hujan reda, hingga saat itu hujannya reda dan hanya gerimis sedikit. Kemudian saya berangkat mengaji menuju masjid dengan menaiki sepeda. Sebuah desa kecil yang jalannya tanah, tidak aspal. Di tengah perjalanan ada sebuah tanjakan sedikit, karena jalannya tergenang air saya melintas jalannya dengan tenang. Karena licin dan melintasi kayu di dalam genangan yang tidak terlihat jadinya saya jatuh dan baju saya basah. Kemudian saya pulang ke rumah.

Sampai di rumah saya ganti baju kemudian berangkat lagi ke masjid dengan naik sepeda lagi. Saya berjalan perlahan di jalan yang saya lewati tadi dan selamat. Ketika sampai depan masjid, ketika mau belok kiri ke gerbang masjid, jalannya becek dan licin terlihat banyak lumut berwarna hijau. Ketika saya belok kiri akhirnya saya terjatuh dan baju saya kotor dan basah lagi. Akhirnya saya pulang ke rumah lagi. Sesampai di rumah saya mau berganti baju lagi untuk pergi masjid lagi. Karena saya terjatuh terus dan baju saya kotor lagi, ibu saya menagatakan tidak usah ke pergi lagi. Sehabis hujan jalan memang licin, jadi besok aja pergi ngaji. Tapi saya tetap berusaha untuk pergi mengaji. (Inilah semangat menuntut ilmu). Pesan ibu saya ketika nanti sekali lagi pergi ini jatuh dan bajunya kotor lagi maka saya tidak usah pergi lagi hari ini, besok masih bisa lagi. Akhirnya saya pergi mengaji dengan jalan kaki. Sesampai di depan masjid di gerbang dekat saya jatuh tadi, saya hampir terpelesat dan sedikit basah celana saya. Namun setelah itu, guru mengaji melihat saya dan menyuruh saya langsung masuk saja, tidak apa-apa basah sedikit. Mungkin ini hal lucu dan inspiratif bagi saya, seberjuang itu dulu ketika saya kecil mengotot untuk belajar. Walaupun sekarang tidak semengotot itu dan banyak tidurnya.

Kenangan itu terkadang manis untuk diingat tapi beberapa pahit untuk diulang. Tentunya setiap orang punya kenangan sebanyak jumlah detak jantung selama ia hidup. Tentunya kembali ke awal, kenangan itu tidak perlu diingat atau dilupakan. Secara alami akan tergores di ingatan kita. Semakin mengingat maka kita akan lupa. Dan semakin kita melupakan maka akan semakin ingat. Yang pasti mari menjadikan kenangan menjadi sebuah pelajaran dan guru dalam hidup untuk melangkah dan melompat agar hidup lebih baik.

Selasa, 17 Januari 2017

TERLAMBAT


Topik ini akan membahas terlambat. Mari kita bahas apa itu terlambat? Apakah sama dengan terhambat, tersumbat, atau tertumpat. Sepertinya berbeda. Terlambat terdiri dari dua kata yaitu “ter” dan “lambat”. Lambat merupakan kata dasar. Kata depan yaitu “ter” yang dapat diartikan “tidak sengaja”.

Kata “ter” dapat diartikan sebagai “tidak sengaja”. Dapat kita ambil contoh kata terinjak artinya tidak sengaja diinjak. Terlempar yaitu tidak sengaja dilempar. Tertidur yaitu tidak sengaja tidur. Namun dalam kata depan ter, ada satu kata yang terjemahannya rancu yaitu kata “terbang”. Terbang dapat diartikan tidak sengaja bang. Mungkin ketika kita jalan lalu menginjak kaki abang-abang dapat kita katakan terbang, “tidak sengaja bang”.

Bicara terlambat, ketika SMA saya terkadang terlambat datang ke sekolah. Jadi, ketika pagi hari, siswa kelas lain sedang baris di lapangan untuk pelajaran olahraga, saya yang lari keliling lapangannya. Ya mereka yang pelajaran olahraga saya yang lari keliling lapangannya karena hukuman terlambat. Contoh lain teman saya terlambat ke kampus saat ujian akhirnya nilai ujiannya kosong dan mendapat nilai D.

Kata terlambat sering kita dengar. Seperti lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Tapi pepatah ini tidak bisa digunakan untuk semua hal. Ketika berkendara orang ngebut dan terjadi kecelakaan. Apa alasannya? Bisa jadi ini karena terlambat. Ya terlambat menginjak rem.

Terlambat identik dengan waktu. Ketika SD mungkin kita pernah mendapat pertanyaan “Binatang apa yang sering terlambat ke sekolah?” Jawabannya yaitu kaki seribu. Karena terlalu lama memakai sepatu (lucu enggak yaa). Kemudian mungkin teman-teman pernah mendengar lagu “terlambat sudah kau datang padaku, setelah kudapatkan penggantimu, terlambat sudah terlambat sudah...” Dalam lagu ini terlambat dijadikan sebuah alasan. Saya sangat tidak setuju dengan lagu ini, karena biarpun terlambat berapa tahun lamanya, kalau adanya kesetiaan tidak akan dapat penggantinya. Dan satu poin pentingnya, ini berseberangan dengan saya. Karena saya adalah sosok yang setia. Ya, Setia Band.

Menyambung kalimat di atas, intinya yang penting kita harus apa adanya. Tidak perlu ada dramatisir ataupun kepalsuan. Karena zaman sekarang kepalsuan sudah banyak dimana-mana. Salah satu contoh yaitu banyak emas palsu. Tahu kan emas palsu. Ketika di pinggir jalan kita tepuk pundak orang dan kita tanya “ Mas sekarang jam berapa ya?” Lalu dia menjawab “Ih apaan sih panggil mas. Emang kita tukang jam, asal colek aja, sebel”. Ya sudah banyak mas palsu seperti itu. Makanya hati-hati karena emas palsu sudah dimana-mana.

Saya tidak pernah menyalahkan kata terlambat, apalagi tentang “terlambat lahir”. Karena saya terlahir sudah tepat pada waktunya. Dan yang pasti “kau dan aku tercipta oleh waktu...”. Hidup ini sudah ditakdirkan pada waktunya. Jadi mari kita gunakan waktu yang sangat berharga ini. Hidup ini bukan hanya untuk dapat meraih tujuan. Tetapi hidup adalah perjalanan. Mari nikmati hidup ini, gagal ataupun masa-masa ketika jatuh biarlah menjadi sebuah kisah klasik yang manis untuk dikenang dimasa depan.