Selasa, 24 November 2015

Pembuatan Bio Oil Berbasis Limbah Pengolahan Kelapa Sawit

Bio oil adalah bahan bakar cair dari biomassa seperti kayu, kulit kayu, kertas, atau biomassa lainnya, yang diproduksi melalui teknologi pyrolysis (pirolisa) atau fast pyrolysis (pirolisa cepat), berwarna gelap dan memiliki aroma seperti asap. Fast pyrolysis adalah dekomposisi termal dari komponen organik tanpa kehadiran oksigen dalam prosesnya untuk menghasilkan cairan, gas, dan arang.  Cairan yang dihasilkan ini lebih lanjut kita kenal sebagai bio oil.

Biomassa (Panas)-->> (Arang + Gas) + Bio oil



Proses produksi bio oil dimulai dengan mempersiapkan bahan baku lignoselulosa seperti kayu atau limbah agroindustri menjadi partikel–partikel yang lebih kecil hingga diameter kurang dari 1 mm. Pengecilan ukuran dimaksudkan untuk mempercepat reaksi pirolisis. Bahan kemudian dimasukan ke dalam reaktor yang dipanaskan pada suhu 450 – 500°C tanpa kehadiran oksigen.  Bahan baku akan terbakar dan akan menguap seperti droplet yang dilemparkan air ke dalam permukaan wajan panas. Di dalam reaktor pirolisis, partikel akan dikonversi menjadi uap yang dapat dikondensasi, gas yang tidak dapat dikondensasi, dan padatan arang.  Produk kemudian ditransportasikan ke dalam cyclone. Di dalam cyclone gas yang dapat dikondensasi akan dikondensasikan dan selanjutnya disebut sebagai bio oil, dan arang yang terbentuk dipisahkan. Sementara itu, gas yang tidak dapat terkondensasi (termasuk di dalamnya CO2, H2, dan CH4) akan dibakar dan dikembalikan ke reaktor untuk menjaga panas dari proses.
Dalam reaksi produksi bio oil tidak dihasilkan limbah atau zero waste (Gambar 35). 100 % bahan baku dikonversi menjadi bio oil dan arang, sedangkan gas yang tidak dapat dikondensasi dikembalikan ke dalam proses sebagai sumber energi. Tiga produk akhir yang dihasilkan dalam proses pirolisis yaitu : bio oil (60 – 75 wt %), arang (15 – 20 wt %), dan gas tidak terkondensasi (10 – 20 wt %).

Kurangnya Promosi Dan Kampanye Pemerintah Tentang Trans Mebidang (Medan-Binjai-Deli Serdang)


Bus trasnmebidang sudah diluncurkan tahun 2015 ini. Namun masih terlihat penumpang masih sepi. Sosialisasi dan kampanye pemerintah untuk mengajak masyarakat tidak ada. Seharusnya pemerintah melakukan strategi persuasif dan sosial untuk mengajak masyarakat menggunakan transmebidang. Sehingga transmebidang dapat bermanfaat optimal. Kondisi saat ini pemerintah hanya menyediakan fasilitas bus dan haltenya saja, setelah itu lepas tangan.
            Langkah strategi yang harus dilakukan pemerintah adalah bagaimana masyarakat kota Medan, Binjai dan Deli Serdang mengubah pola pikir mereka dari angkutan pribadi seperti sepeda motor atau mobil dan angkutan kota serta becak bertransformasi ke Trans Mebidang. Strategi pemerintah seharusnya juga merubah pola sosial yang berkembang di masyarakat.    Permasalah utama yaitu masyarakat enggan naik angkutan umum karena sosial budaya masyarakat yang membuat pola pikir naik angkutan sepeda motor atau mobil lebih gengsi. Pola pikir tercipta dengan adanya persepsi kesenjangan sosial jika menaiki angkutan umum. Sehingga budaya yang tercipta masyarakat banyak naik kendaraan pribadi sehingga budaya untuk menaiki angkutan umum kurang diminati masyarakat. Permasalahan kedua adalah ongkos angkutan umum yang relatif mahal. Jika dibandingkan dengan naik sepeda motor, ongkos per hari dengan angkutan umum untuk pulang pergi dari kantor atau sekolah ke rumah lebih mahal daripada jika naik sepeda motor. Permasalahan ketiga yaitu area perjalanan transmebidang yang tidak meluas ke segala arah di kota Medan. Khususnya Kota Medan transmebidang hanya melewati jalur-jalur khusus untuk pasar perdagangan. Walaupun tujuan utama yaitu untuk transportasi utama para pedagang menengah ke bawah karena raihan jalurnya tempat pasar strategi seharusnya cakupan jalurnya lebih meluas dan merata segala penjuru kota Medan. Sehingga masyarakat mudah mengakses transmebidang. Permasalahan yang terakhir adalah kurangnya budaya jalan kaki oleh masyarakat karena budaya angkutan umum erat kaitannya dengan budaya berjalan kaki. Sementara jika kita berjalan kaki di jalan raya itu rasanya malah kita seperti orang asing, berbeda dengan di luar negeri budaya jalan kaki lebih diutamakan.
            Pada dasarnya pemerintah lah yang mengajak masyarakat untuk naik trans mebidang sementara para jajaran pemerintah sendiri enak-enakan dan leha-lehaian menaiki transportasi pribadi mereka, naik sepeda motor dan mobil mereka. Jadi, bagaimana keberlangsungan manfaat transmebidang ? Bagaimana keadaan transportasi Kota Medan secara jangka panjang dengan melihat keadaan lalu lintas kota Medan saat ini dan semua tahu bagaimana kondisi lalu lintas Kota Medan dalam 5 sampai 10 tahun ke depan ?
            Langkah stategi utama adalah dengan mengkampanyekan informasi transmebidang ke seluruh lapisan masyarkat sehingga mengubah pola pikir masyarakat ke budaya angkutan umum. Memberi informasi yang lebih nyata dan pemerintah ikut dalam pelaksaan nyata penggunaan angkutan umum. Kebijakan mengenai ongkos perjalanan. Penyediaan fasilitas yang lengkap sehingga masyarakat nyaman dengan transmebdidang. Membuat volunteer masyarakat untuk mengajak penggunaan transmebidang. Dengan kesimpulan dengan kampanye secara terbuka untuk mengubah pola pikir masyarakat ke angkutan umum transmebidang seluruh lapisan sehingga tidak ada kesenjangan sosial pada penggunaan transmebidang. Catatannya adalah dengan menertibkan lalu lintas lebih ketat lagi bagi pengguna sepeda motor dan mobil pribadi dengan mengintensifkan razia polisi lalu lintas sehingga pengguna angkutan pribadi yang merasa kurang lengkap dengan aturan berkendara akan beralih ke angkutan umum.