Bio oil adalah bahan bakar cair dari biomassa
seperti kayu, kulit kayu, kertas, atau biomassa lainnya, yang diproduksi
melalui teknologi pyrolysis
(pirolisa) atau fast pyrolysis
(pirolisa cepat), berwarna gelap dan memiliki aroma seperti asap. Fast pyrolysis adalah dekomposisi termal
dari komponen organik tanpa kehadiran oksigen dalam prosesnya untuk
menghasilkan cairan, gas, dan arang.
Cairan yang dihasilkan ini lebih lanjut kita kenal sebagai bio oil.
Biomassa (Panas)-->> (Arang + Gas) + Bio oil
Proses produksi bio oil dimulai
dengan mempersiapkan bahan baku lignoselulosa seperti kayu atau limbah
agroindustri menjadi partikel–partikel yang lebih kecil hingga diameter kurang
dari 1 mm. Pengecilan ukuran dimaksudkan untuk mempercepat reaksi pirolisis.
Bahan kemudian dimasukan ke dalam reaktor yang dipanaskan pada suhu 450 – 500°C
tanpa kehadiran oksigen. Bahan baku akan
terbakar dan akan menguap seperti droplet yang dilemparkan air ke dalam
permukaan wajan panas. Di dalam reaktor pirolisis, partikel akan dikonversi
menjadi uap yang dapat dikondensasi, gas yang tidak dapat dikondensasi, dan
padatan arang. Produk kemudian
ditransportasikan ke dalam cyclone.
Di dalam cyclone gas yang dapat
dikondensasi akan dikondensasikan dan selanjutnya disebut sebagai bio oil, dan
arang yang terbentuk dipisahkan. Sementara itu, gas yang tidak dapat
terkondensasi (termasuk di dalamnya CO2, H2, dan CH4)
akan dibakar dan dikembalikan ke reaktor untuk menjaga panas dari proses.
Dalam reaksi produksi
bio oil tidak dihasilkan limbah atau zero
waste (Gambar 35). 100 % bahan baku dikonversi menjadi bio oil dan arang,
sedangkan gas yang tidak dapat dikondensasi dikembalikan ke dalam proses
sebagai sumber energi. Tiga produk akhir yang dihasilkan dalam proses pirolisis
yaitu : bio oil (60 – 75 wt %), arang (15 – 20 wt %), dan gas tidak
terkondensasi (10 – 20 wt %).