Kamis, 14 Juli 2016

Genderisasi, enak jadi cewek atau cowok ?

Topik kali ini membahas mengenai genderisasi, tapi artikel ini bukan untuk membedakan gender wanita ataupun pria. Sesuai background blog ini, saya akan mengulas enak jadi cewek atau cowok dari sisi yang enggak mainstream, semoga bahasa yang ringan ini mudah dimengerti teman-teman yang membaca. Tujuan artikel ini just entertainment, nothing else. Let to check it out.


Jadi cewek itu enak, karena banyak hal yang bisa dilakukan cewek tapi akan enggak enak jika dilakukan cowok. Ketika ada dua cewek saking akrabnya, jalan kaki di kampus bergandengan tangan, ini biasa aja dan tidak akan menimbulkan efek di lingkungan itu sedikit pun. Tapi coba bayangkan, ada dua cowok jalan kaki di kampus dan mereka gandengan tangan. What will happen? Seberapa akrabnya itu cowok, mereka tidak akan mau melakukan itu wkwkkk.
Terus jika telponan atau komenan di sosmed. Misalnya Anda sedang duduk di kantin lalu mendengar ada temen cewek menelpon temannya yang cewek juga, dan bilang “iya beib jangan lupa sholat ya,, bye cayangku” pasti biasa aja. Coba bandingkan temen Anda yang cowok menelpon temennya yang cowok juga “iya beib jangan lupa sholat ya,, bye cayangku”. Walaupun kalimatnya sama, ini tidak fair. Seberapa dekat, dan macho nya itu cowok maka akan hilang jika mengucapkan ini kepada teman sesama laki-laki.

Contoh lain lagi misal, ada satu cewek yang mau naik mobil yang penuh cowok. Kata cowok-cowok “Enggak apa-apa kami pangku-pangkuan aja, kamu naik masih cukup kok”. Tetapi jika ada satu cowok yang mau naik mobil yang penuh cewek, kata cewek-cewek “Enak aja, mau nyari kesempatan dalam kesempitan kan!!”. Its not fair sist, lelaki tidak seburuk yang kalian pikirkan :D

Kalau cewek nuang minuman untuk cowok, pasti dibilang inilah cewek idaman, jika cowok nuang minuman untuk ceweknya, inilah calon suami takut istri. Kalau ada cewek yang lama jomblo akan dibilang subhanallah mungkin dia sedang menunggu cowok yang tepat, jika ada cowok yang lama jomblo pasti dibilang enggak ada yang mau sama dia.

Belum lagi dibonceng naik motor, cewek bisa duduk nyamping atau ke depan, ini variatif. Kalau cowok apa mungkin dia dibonceng duduk nyamping?? Kalau ada cewek yang melalukan pekerjaan cowok yang berat-berat dibilang inilah emansipasi wanita, kalau ada cowok yang mengerjakan pekerjaan cewek seperti babby sitter, pasti dibilang gak punya keahlian, cari kerja memang susah jangan terlalu milih-milih :’(
Belum lagi semua jenis pekerjaan bisa dilakukan cewek tapi tidak cowok. Contoh cowok tentara, cewek kowad. kalau cowok polisi, cewek ada polwan. Pilot ada cewek dan cowok. Tukang parkir ada cowok ada cewek. Lah kalau bidan, cowok??

Disamping uraian di atas, ada artikel lain yang membantah menjadi cewek itu tidak enak (hukum alam : cewek enggak pernah salah). Ramah ke cowok dibilang cewek murahan. Jutekin cowok, dibilang cewek sombong. Ngasih respon ke cowok dibilang tukang php. Giliran gak ngasih respon sama sekali, dibilang sok kecakepan. Diem dibilang sok jaim. Bermain sama cowok katanya centil. Berantakan dikit aja dibilang gak bisa ngerawat diri. Pas pergi dibayarin cowok katanya cewek matre. Ini kutipan sih, kalau saya bilang pembelaan cewek wkwkk.

Tapi semua pada akhirnya akan menikmati kelebihan dan kekurangan masing-masing gender, baik itu pria atau wanita semua ada enak dan tidaknya. Gender pria dan wanita disini bukan untuk dibandingkan, tapi mari saling melengkapi kekurangan dengan kelebihan. Walaupun ulasan saya di atas selalu menunjukkan enakan jadi cewek dan jadi cowok tidak ada enaknya (maklum penulisan ini diambil dari sudut pandang cowok) jadi artikel ini lebih membabi buta kan bahwa jadi cowok enggak enak, tapi kebanyakan survei mengatakan bahwa jadi cowok itu lebih enak, dengan banyak alasannya. Selain itu banyak aspek lain yang sengaja tidak saya bahas tentang enggak enaknya jadi cewek (karena sudah biasa) seperti cewek yang mengalami pms, hamil, melahirkan, dsb.

Mungkin dari balik artikel ini saya juga mengkampanyekan akan anti lgbt, terutama tidak setuju dengan transgender serta pro emansipasi wanita, bahwa wanita memiliki derajat yang sama. Wanita berhak menjunjung tinggi pendidikannya. Mari kita patahkan omongan orang zaman dulu bahwa “Wanita tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, karena toh akan di dapur juga”. Wanita berhak menjadi pemimpin dan stop diskriminasi gender.

Sebagai lelaki sejati bagi saya wanita itu suci dan lembut seperti sajadah. Karena dengan sajadah lah kami dapat beribadah menuju dunia dan akhirat yang indah. Jadi kamu yang membaca artikel ini, mau kah menjadi sajadah saya??
Wassalam