Suatu cerita pada hari Kamis, 7 September 2017 di
sebuah renungan yang terlintas begitu dalam. Cerita dari seorang yang berjuang menjadi
seorang ksatria sejati.
Setelah membagikan gaji kepada karyawan, aku membuat
laporan pengembalian sisa uang ke ruangan keuangan. Disana aku duduk di sebuah
kursi, dengan pegawai keuangan. Saat itu jam menunjukkan pukul 18.30 WIB.
Kemudian masuk seorang pria bertubuh besar, nampak seperti seorang pekerja otot,
muka seram, nanya ke pegawai keuangan, mau mengambil gaji karena sudah
kemalaman, lalu dibilang pegawai keuangan, team yang membagikan gaji dia masih
di luar, team terakhir yang belum melapor ke keuangan. Terlintas pikiran saya
tentang laki-laki itu yang muka seram, pemalas sampai-sampai ambil gaji saja
terakhir datang.
Setelah dari kantor, saya pulang ke rumah. Tanpa
mandi dan ganti pakaian, saya bersama teman-teman kerja pergi ke pasar
pekananan. Yaitu pasar yang buka di lapangan dekat rumah, yang buka setiap
sebulan sekali ketika tanggal gajian karyawan. Kami berjalan kaki menuju pasar.
Di pasar yang sebulan sekali ini lah kami bisa merasakan keramaian, untuk
menghilangkan stres sejenak.
Aku berjalan menyusuri pasar dari ujung menuju
ujung, sambil melihat kanan kiri yang berjualan makanan. Ketika ada yang
berjualan makananan jajajanan ringan, berhenti bentar untuk mencicipi sedikit.
Ketika sampai di ujung, kami pun berhenti di sebuah
warung. Kami duduk, dan ketika aku duduk ternyata di depan meja kami ada
seorang laki-laki yang ketemu di kantor tadi. Dia membeli bakso dan menyuapi
anaknya, dengan penuh kasih sayang. Seperti terlihat gambar di bawah ini.
Terharu sejenak aku melihat laki-laki itu dengan
sabar menyuapi anaknya. Mukanya yang seram dan ototnya yang besar berubah terlihat
seperti seorang ksatria sejati. Dapat aku simpulkan sendiri apa itu cinta.
Menurutku, cinta adalah ketika kita bahagia melihat seseorang bahagia, biarpun
kita tidak tahu apakah dia bahagia dengan kita.
Cerita tentang seorang pria, ayahku meninggal ketika
aku berusia 7 tahun, ketika itu aku kelas 2 SD. Ketika aku berusia 23 tahun
seperti sekarang ini, aku dulu tak tahu kalau jalan hidupku akan jadi seperti
sekarang ini. Andai ayahku masih ada, mungkin jalan hidupku tidak seperti ini.
Tapi aku yakin, ini adalah jalan yang terbaik yang dituliskan oleh Tuhan.
Mungkin jika ayahku masih ada, hidupku tak lebih baik dari seperti sekarang
ini.
Makanya aku terus berusaha berjuang demi
keluargaku sekarang dan keluarga kecil ku nanti. Aku berusaha untuk menjadi
seorang ksatria sejati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar