Senin, 27 Maret 2017

SMS #2 MANCIS


Titut, tut, hp berbunyi menandakan adzan subuh. Bukan, tapi hp berbunyi menandakan ada panggilan masuk. Lalu aku angkat, Jacob tolong antarkan buku ke kampusnya Bella, bukunya ketinggalan di rumah, suara dari telepon ibunya Bella. Lalu aku tutup teleponnya, aku lihat jam di hp pukul 8 pagi. Kemudian aku lihat ke atas, ada langit. Tepatnya langit-langit, karena saat ini posisi aku baru bangun tidur. Ya telepon tadi membangunkan tidur aku, kini saatnya harus memilih, melanjutkan mimpi atau mewujudkan mimpi.

Kemudian aku bangun dari tempat tidur, lalu mandi. Setelah itu aku hidupkan sepeda motor yang biasa aku pakai, ya tidak mungkin sepeda motor tetangga aku, nanti tetangga aku jadi naik apa? Lalu aku pergi ke rumah Bella yang jaraknya sekitar 10-15 menit tergantung kondisi keramaian jalan. Jika zaman dulu menentukan dekat jauhnya suatu tempat dari jarak meter jalannya, zaman sekarang dari waktu tempuhnya, beginilah hidup di kota yang penuh dengan tanya ini. Sesampainya disana ada ibunya Bella langsung keluar dari rumah memberikan sebuah plastik yang berisi buku. Ya tepatnya memang keluar dari rumah, masa keluar dari lubang pipa air??? Lalu aku menuju kampusnya Bella yang jaraknya sekitar 10-15 menit dari rumahnya Bella. Sesampainya disana, aku telepon lalu dia keluar untuk mengambil barangnya. Setelah memberikan barangnya, kemudian aku pulang ke rumah. Kemudian saatnya melanjutkan mimpi di atas tempat tidur yang penuh kenyamanan.

Setelah sampai di rumah, mata tak dapat pejam lagi karena sudah jam 9 pagi. Ditambah lagi perut sudah mulai menggigil. Tepatnya cacing dalam perut sudah mulai bersorak sorai. Karena sudah lapar, lalu aku mancing. Bukan, tapi makan. Ini bukannya zaman danau toba, kalau lapar mancing ikan dulu baru makan. Sekarang sudah modern, ya walaupun hidupku masih agak ketinggalan zaman. Lalu aku pergi ke kampus yang jaraknya sekitar 30 menit.

===

Lanjut hari berikutnya, hari ini adalah hari Sabtu. Yes, weekend. Akhir pekan yang kelabu, kedondong dan ketela. Aku terbangun pagi-pagi, jam 7. Ya karena jika jam 12 namanya bukan pagi, tapi siang. Lalu aku ambil handuk berwarna biru muda. Bukan merah muda, kalau itu mungkin handuk tetangga, handuknya Pak Sami, nama panjangnya Pak Samijo (wkkk).

Aku pergi dari rumah jam setengah 8. Bukan setengah dari 8 atau 4 pagi, tapi jam 7.30. A half to eight o’clock, aku berjalan menyusuri jalan yang tidak begitu ramai, lalu tiba-tiba saja sampai di rumah Bella. Ya kemudian kami pergi ke tempat yang jauh dan terpencil, mungkin tidak masuk google map atau tak terjamah makhluk asing. Kami ke Urk, akan jumpa Song Jong Ki. Perjalanan menempuh waktu sekitar 1 hingga 2 jam. Aku lupa pastinya, karena tak melihat jam, aku hanya melihat jalan.

Jalan yang ramai kendaraan tapi lancar. Ketika memasuki kawasan “Urk” itu disambut dengan debu yang seakan-akan seperti kabut salju. Pagi menjelang siang ini cuacanya begitu cerah merona, ceria seperti bunga Turnera yang kembang pada pukul 8 pagi.

Sesampampainya disana, kemudian aku istirahat. Lalu siangnya kami pulang menuju ke rumah. Rencana pulang dari “Urk” itu mau singgah ke sebuah mall, namun karena dibawakan buah satu goni, aku taruh di depan motor akhirnya dicancel dan langsung pulang ke rumah. Tak terasa tiba-tiba sudah sampai di rumah sore hari, lalu aku pulang ke rumah karena rindu dengan kasur dan bantal. Tak tau kenapa gaya gravitasi di atas tempat tidur sangat tinggi, ketika didekatnya selalu menarik-narikku.

===

Suatu waktu, pada siang hari aku tidur, tidur di siang hari sungguh indah, apalagi beban pikiran sudah tak begitu berat lagi, sidang skripsi sudah, beginilah kegiatan seorang mahasiswa pengangguran. Jadi, apakah kegiatan produktif yang dapat dilakukan? Jawabannya yaitu tidur. Mungkin tidur lebih produktif, karena dengan tidur dapat menghasilkan mimpi-mimpi baru, daripada keluyuran kan menghabiskan uang (wkk).

Tiba-tiba ada suara tut tut. Suara apa itu, kentut? Itu suara hp yang begetar. Teman kampusku mengubungi mau datang ke rumah. Tak lama kemudian dua orang teman kampusku datang. Lalu kami duduk di meja, makudnya duduk di kursi dekat meja dan membuka laptop dan kertas data-data pendukung lalu mengerjakan sesuatu. Setelah itu waktu menunjukkan sudah satu jam berlalu maka aku mandi, mereka pulang dan aku juga pergi.

Ketika di jalan, aku singgah ke toko bakery lalu membeli kue dan lilin. Lanjut lagi dan berhenti dipinggir jalan (tapi bukan alay yang nongkrong di pinggir jalan). Tak lama kemudian Bella keluar kampus. Jalan sore ini begitu ramai dan macet, mungkin karena hari biasa orang pulang kuliah dan kerja. Lalu kami pergi ke toko buku, disana ada seorang temanku menunggu untuk mencari buku. Sesampai di toko buku, temanku sudah di dalam toko buku, namun ada yang ganjil. Dia di dalam toko buku itu ia memakai tas ransel. Sungguh luar biasa, karena biasanya pengunjung tidak boleh membawa masuk tas ransel. Dengan muka yang sok polos, dia tidak merasa apa-apa menggendong tas ransel di dalam toko buku. Lalu kami mencari buku di toko buku tersebut, karena hari sebelumnya kami sudah mencari di pasar buku namun tidak ada. Akhirnya buku yang dicari ketemu.

Setelah itu, aku dan Bella dan mampir ke warung makan. Jam menunjukkan sudah waktu magrib, selesai makan lalu ke masjid, untuk wisata religi. Tidak, tapi sholat magrib saja. Ini kan bukan jalan-jalan religi. Aku copot sepatu lalu ke kamar mandi untuk wudhu. Eits ada yang kurang, flashback. Aku copot sepatu lalu copot kaos kaki, lalu ke kamar mandi untuk wudhu J Setelah sholat aku menunggu Bella di parkiran, tapi dia lama keluar. Aku mau ngasih kue ini ke dia karena beberapa hari lalu dia ulang tahun. Tapi ada yang kurang, karena tidak ada sumber api untuk menghidupkan lilinnya. Aku hampiri tukang parkir, ternyata dia tidak merokok jadi tidak punya sumber api, lalu aku mengelilingi masjid itu dan tidak ada terlihat toko. Kemudian ketemulah aku dengan seorang tukang sate, letaknya lumayan jauh dari parkiran. Aku lihat arang di bakaran satenya begitu memberi harapan. Tapi “Pak, dimana toko atau kedai ya. Mau nyari mancis.” Bapak itu menjawab”Di depan situ ada kedai dekat ruko jual rokok mas”. Dalam pikiranku “Mancis memang kaitannya dengan rokok, tapi apakah ketika ditanya mancis gunanya untuk merokok”. Maklumlah aku juga belum merokok. Kata orang rokok dapat mengganggu kesehatan, seperti paru-paru. Ya aku yang enggak merokok kan merasa sehat. Paru-paru aja bisa aku jaga, apalagi hati kamu.

Bicara rokok, kata orang rokok itu untuk orang sehat, dapat menjadi indikator kesehatan. Ketika seorang perokok datang ke dokter, lalu dokter bilang “Bapak sedang sakit, merokoknya diistirahatkan dulu. Nanti kalau sudah sembuh, sudah sehat boleh merokok lagi”. Artinya apa, merokok itu untuk orang sehat. Dan orang yang tidak merokok itu berarti orang??? Sakit? Ya lebih sehat J Selain untuk indikator kesehatan, merokok untuk melihat karakter seseorang. Jika seseorang keluar rumah membawa mancis tapi tidak membawa rokok, berarti karakternya optimis, dia optimis nantinya pasti dapat rokok. Dia optimis dapat rokok, makanya hanya membawa mancis. Ada juga yang membawa rokok tapi enggak membawa mancis, ini tipe yang pesimis. Dia selalu was-was, nanti kalau pinjam mancis bisa aja ada yang minta. Dia selalu berpikir negatif sehingga pesimis bisa merokok.

Tapi pesan saya untuk perokok, ingat jangan pernah takut mati merokok. Karena masih ada mancis, kalau mati ya dinyalakan lagi. Makanya kalau orang merokok lalu takut mati itu konyol, karena bisa dihidupkan lagi dengan mancis. Kata seorang teman saya, paling enak dan paling nikmat itu berhenti merokok. Jadi paling enak itu merokok itu berhenti sambil ngopi atau duduk-duduk. Jangan merokok sambil lari-lari, harus berhenti duduk nyantai baru enak.

Kembali ke cerita, akhirnya ketemu toko tersebut dan aku beli mancis. Kemudian aku kembali ke parkiran lalu aku keluarkan kue tersebut dan menghidupkan lilinnya. Ya, walaupun ulang tahunnya sudah lewat hari tapi enggak salah lah hari ini dikasih kue nya.

Setelah itu pulang menuju rumah Bella, jalan masih lumayan ramai dan macet. Di tengah jalan, terhentilah di sebuah warung martabak. Tukang martabaknya sangat lama, lama-kelamaan menunggu, hujan pun turun dengan deras-derasnya malam ini.

Tidak ada komentar: